OKUTimur/SumatraSelatan,
mediaviral.net
Tari sada sabay merupakan bagian dari tari adat suku komering yang masih dilestarikan hingga sekarang meski di tengah gempuran budaya modern, Tari Sada Sabay tetap lestari sebagai salah satu tarian adat paling sakral dalam tradisi Komering. Tarian ini bukan sekadar hiburan, melainkan ungkapan kegembiraan dan simbol pengangkatan mantu sebagai bagian dari keluarga inti layaknya anak kandung.
Tari ini biasanya ditampilkan saat prosesi pernikahan adat, tari ini dilakuka oleh kedua orang tua dari kedua pengantin,ketika kedua keluarga besar menari bersama diiringi tabuhan kulintang. Irama alat musik tradisional ini menjadi pengatur langkah dan gerak tari, membentuk harmonisasi yang sarat makna dan menyentuh batin para tamu yang hadir.
Ketua Umum Jaringan Masyarakat Adat Komering (JAMAK) Indonesia, H. Leo Budi Rachmadi SE, adok Batin Temunggung menjelaskan bahwa gerakan dalam Tari Sada Sabay memiliki filosofi mendalam. “Gerakan disesuaikan dengan tabuhan kulintang, berpanduan pada gong sebagai patokan. Bila tangan orang tua mempelai pria bergerak ke kiri, maka orang tua mempelai wanita bergerak ke kanan. Ini menunjukkan perbedaan arah namun kesatuan tujuan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Leo yang juga menjabat sebagai Ketua Lembaga Pembina Adat Kabupaten OKU Timur mengungkap bahwa posisi tangan pun diatur secara adat. “Ayah dari kedua mempelai harus mengangkat tangan di atas bahu dengan ketiak terbuka, sementara ibu dari kedua mempelai hanya sampai setinggi bahu dan tidak boleh memperlihatkan ketiak. Ini adalah batasan sopan santun dan aurat dalam adat,” terangnya.
Tari Sada Sabay mengilustrasikan momen penuh suka cita, ketika dua keluarga besar bersatu dalam satu kekerabatan. Gerakan tangan yang berlawanan arah menggambarkan saling mendukung kelebihan masing-masing keluarga dan saling menutupi kekurangan yang ada. Filosofi ini mencerminkan semangat gotong royong dalam bingkai pernikahan.
Posisi kedua pengantin yang berdiri di belakang mertua masing-masing dengan kipas di tangan juga sarat simbol. Pengantin menunjukkan sikap hormat dan pengabdian awal kepada orang tua baru mereka. Ini adalah bentuk pengakuan bahwa mereka kini telah menjadi bagian dari keluarga, sejajar dengan anak kandung.
“Tari Sada Sabay adalah bentuk penyambutan dan penerimaan penuh terhadap pengantin. Bukan hanya sebagai menantu, tapi sebagai anak sendiri. Ini menjadi momen paling emosional dalam rangkaian adat,” tambah Leo.
Tarian ini pun menjadi warisan budaya yang tidak hanya harus dipertontonkan, tapi juga dipahami maknanya oleh generasi muda. Di tengah derasnya arus globalisasi, penguatan adat seperti ini dianggap penting untuk menjaga identitas dan kearifan lokal.
Dengan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, Tari Sada Sabay adalah bukti bahwa budaya Komering memiliki kekayaan tak ternilai. Ia bukan sekadar tarian, tapi bahasa universal tentang kasih sayang, penerimaan, dan penyatuan keluarga.
Selain tari sada sabay suku Komering juga memilki tradisi prosesi pemberian Adok, Gelar atau Jajuluk yang mana setiap laki-laki atau perempuan yang sudah menikah wajib di beri adok,gelar atau jajuluk yang di iringi tembang- tembang pisa’an, disampaikan pada saat prosesi resepsi pernikahan.
Jika setiap pasangan pengatin yang sudah menikah maka Adok atau Jajuluk yang di berikan kepada mereka wajib dipakai yang berhak memanggil adok atau jajuluk tersebut adalah kakak-kakak dan nenek kakeknya dari kedua pengantin selain itu tidak boleh.
mediaviral.net