Lokakarya Internasional HWPL Bahas Peran Jurnalisme Perdamaian di Era Digital

Jumat, 18 April 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta, Mediaviral.net

Dalam upaya menanggapi tantangan global seperti misinformasi dan konflik di tengah transformasi digital yang pesat, organisasi perdamaian internasional Heavenly Culture, World Peace, Restoration of Light (HWPL) menyelenggarakan Lokakarya Internasional Studi Jurnalisme Perdamaian pada Rabu (17/4). Acara daring ini diikuti oleh sekitar 200 peserta dari 50 negara, termasuk Indonesia, dan menghadirkan jurnalis, akademisi, serta pegiat perdamaian dari berbagai belahan dunia.

Mengangkat tema “Transformasi Konflik melalui AI dan Pemahaman Budaya”, lokakarya ini menyoroti meningkatnya pengaruh teknologi kecerdasan buatan (AI) terhadap praktik jurnalisme dan bagaimana nilai-nilai seperti akurasi, keadilan, dan empati tetap harus menjadi pijakan utama dalam peliputan.

Salah satu sorotan utama adalah diskusi mengenai publikasi Studi Jurnalisme Perdamaian (2024), yang menggarisbawahi pentingnya pelaporan yang konstruktif dalam menciptakan rekonsiliasi dan membangun pemahaman lintas budaya, terutama di wilayah yang terdampak konflik. Studi ini mencakup sejumlah studi kasus yang menunjukkan bagaimana jurnalisme perdamaian dapat membantu menjembatani kesenjangan dan mendukung pembangunan damai yang berkelanjutan.

Dalam sambutan pembukaan, Direktur Jenderal Zambia National Broadcasting Corporation, Mr. Berry Lwando, menekankan pentingnya narasi yang membangun dalam media modern. “Jurnalisme perdamaian bukan tentang menutupi konflik, tetapi membingkainya dengan cara yang mendorong dialog, bukan perpecahan,” ujarnya.

Baca Juga :  Presiden RI Joko Widodo Akan Hadir di Kabupaten Lampung Barat

Dukungan juga datang dari Hon. Noel Lipipa, Anggota Parlemen Malawi dari Konstituensi Selatan Kota Blantyre, yang menyatakan bahwa integrasi AI dan pemahaman budaya dalam jurnalisme dapat membentuk cara baru dalam menyampaikan kisah dan menyelesaikan konflik. “Dunia memerlukan lebih banyak pendongeng yang berkomitmen terhadap perdamaian,” katanya.

Dari wilayah Karibia, Mr. Garfield Burford, Direktur Berita, Olahraga dan Urusan Terkini Radio TV ABS, Antigua dan Barbuda, menyoroti perlunya pelaporan berbasis bukti untuk melawan disinformasi. Ia mengingatkan bahwa meskipun AI meningkatkan efisiensi jurnalisme, tetap dibutuhkan pertimbangan etis dan empati manusia sebagai unsur tak tergantikan dalam profesi jurnalistik.

Sementara itu, CEO Agleshwori Hills Development Trust di Nepal, Mr. Sijam Sinjali, membahas peran jurnalisme dalam mendorong resolusi konflik tanpa kekerasan. Ia menekankan pentingnya teknologi dalam mendukung pelaporan yang informatif dan solutif, sambil tetap menjunjung tanggung jawab etis.

Dari Asia Tenggara, Dr. Musa Damao, Direktur Eksekutif Bangsamoro Dialogue for Peace and Justice, Inc. di Filipina, memaparkan bagaimana jurnalisme perdamaian berkontribusi terhadap proses perdamaian di Bangsamoro. Ia juga mendorong integrasi pendidikan perdamaian ke dalam kurikulum untuk membentuk generasi yang peka terhadap nilai-nilai keadilan dan harmoni.

Baca Juga :  Presiden Joko Widodo Panen Kopi Bersama Bupati Lampung Barat

Kontribusi dari Eropa disampaikan oleh Mr. Josef Mühlbauer, CEO Varna Institute for Peace Research, Austria. Ia menekankan pentingnya dialog terbuka dan debat sehat dalam melawan narasi berbahaya. Melalui podcast “Varna Peace Institute,” ia membagikan pengalaman dalam memfasilitasi diskusi yang menggali akar konflik dan mendorong pemahaman lintas pihak.

Dari Indonesia, Tuty Purwaningsih, Direktur Media Desa, mengangkat pentingnya peran keluarga dan komunitas dalam menanamkan nilai toleransi dan empati. Ia menyampaikan bahwa media memiliki potensi besar untuk memperkuat nilai-nilai ini melalui cerita-cerita yang membangun dan inspiratif.

Lokakarya ini juga memperkuat komitmen HWPL terhadap penyebaran budaya damai melalui media, sebagaimana tercantum dalam Pasal 10 Declaration of Peace and Cessation of War (DPCW). Pasal tersebut menekankan peran vital media dalam menyebarluaskan pesan damai melalui komunikasi yang bertanggung jawab.

Acara diakhiri dengan ajakan untuk memperkuat kerja sama antara jurnalis, akademisi, dan pegiat perdamaian global. Peserta menegaskan pentingnya menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika dalam jurnalisme, terutama dalam menghadapi dinamika dan tantangan media di era digital yang terus berkembang.**

Berita Terkait

Viral di Media Cetak dan Online, Akhirnya Mualem Lantik Walikota Langsa 18 April 2025 Mendatang
Kuasa Hukum Primkopti Jakarta Barat Andi Andika,S.H Angkat Bicara Soal Kios di RW 08 Semanan
PPWI dan Kedubes Rusia Akan Adakan Lomba Menulis dan Kunjungan Jurnalistik ke Rusia
Prihatin Bencana Banjir Ponorogo, Relawan EBY Bagikan Nasi Bungkus
Hadiri Kick Off HKSN 2024, Mendes Yandri Ajak Suburkan Jiwa Gotong Royong dan Kesetiakawanan
Sejumlah Wartawan Senior Dukung Kepengurusan Pusat PWI Hasil KLB
Baru Ini Cerita Adik Olla Ramlan Saat Meninggal dan Hidup Kembali Bertemu Cahaya
Peringati Hari Juang Polri, Kapolres Lamandau Bersama PJU dan Purnawirawan Pertama Kali Ikuti Zoom Meeting Dengan Kapolri

Berita Terkait

Jumat, 18 April 2025 - 20:49

Lokakarya Internasional HWPL Bahas Peran Jurnalisme Perdamaian di Era Digital

Rabu, 9 April 2025 - 21:00

Viral di Media Cetak dan Online, Akhirnya Mualem Lantik Walikota Langsa 18 April 2025 Mendatang

Minggu, 30 Maret 2025 - 02:20

Kuasa Hukum Primkopti Jakarta Barat Andi Andika,S.H Angkat Bicara Soal Kios di RW 08 Semanan

Sabtu, 21 Desember 2024 - 13:19

PPWI dan Kedubes Rusia Akan Adakan Lomba Menulis dan Kunjungan Jurnalistik ke Rusia

Selasa, 17 Desember 2024 - 22:06

Prihatin Bencana Banjir Ponorogo, Relawan EBY Bagikan Nasi Bungkus

Berita Terbaru